Sebuah Catatan, Juni

Sabtu, 29 Juni 2013



Izinkan aku menyebutmu bumi ...

Kau tahu bumi, sekarang aku terduduk sendiri, melulu ingin sendiri jika memikirkanmu. Meski kadang ada banyak hal pahit yang kuingat tapi itu tetap menyenangkan, segala tentangmu itu menyenangkan. Apa kau suka makanan seperti pare atau daun pepaya bumi? yah yang pahit-pahit itu ... aku tidak pernah suka bumi, mungkin aku bisa menelannya tapi kalau aku boleh memilih tentu aku tak akan memilih itu, walaupun itu baik untuk kesehatan. Mungkin sekarang aku disini sendirian lebih pahit daripada aku menelan sepiring pare mentah-mentah, atau mengunyah daun pepaya tanpa lauk atau apapun. aku tak suka, tapi tak punya pilihan, karena aku sendiri yang membuatmu sekarang tak ada disini bumi. Kau tahu bumi kalau kau minta aku memakan sepiring pare mentah dan daun pepaya sekaligus aku tak keberatan asal kau datang lagi bumi menemaniku melihat-lihat dunia ini. Oh ya, aku  lupa bilang hal pahit yang kuingat adalah kebodohanku yang membuatmu sekarang tidak disini, jangan pikir aku menyalahkanmu, tidak ... 
kau tahu bumi sekarang aku merasa sedih sekali, aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak bisa menunjukkannya, tapi ... tapi ... itu juga tidak penting untuk kau tahu. Hey bumi, semua orang berkelana mencari tempat yang paling tepat untuk berhenti, waktu aku menemukanmu aku sudah sadar untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa menemukan tempat paling nyaman untuk hidup. Sayangnya aku tak bisa menjagamu. Aku tidak bisa melukis, karena itu aku tidak bisa menunjukkan padamu seperti apa penyesalanku, aku juga bukan seorang musisi yang bisa menulis lagu agar kau mendengar seberapa hebat penyesalanku. Ada banyak hal di dunia ini yang sulit untuk dimengerti, mungkin aku salah satunya, dan kau juga tidak perlu untuk mencoba mengerti atau memahaminya. Orang selalu berkata hidup ini akan berjalan seperti yang sudah digariskan oleh Tuhan, mereka bilang bagaimanapun kau berjuang jika Tuhan tidak menakdirkanmu seperti apa yang kau mau maka tidak akan pernah terjadi. Tapi jika Tuhan mentakdirkan sesuatu bagimu maka sehebat apapun halangannya akan tetap terjadi. Aku ini bukan orang pintar bumi, tapi aku tidak suka kata-kata itu, aku hanya ingin bilang bahwa Tuhan amat sangat menyayangi makhluk-Nya, takdir itu bisa di usahakan, manusia bisa meminta dan berusaha, bagian Tuhan untuk mengabulkannya. Karena itu aku tidak menyerah Bumi, aku ingin memandang dunia lebih jauh lagi, lebih lama lagi sampai aku tidak bertemu waktu lagi, dan itu hanya ingin kulakukan denganmu. Apa kau sedang tersenyum bumi? atau kau tidak ingin membaca tulisan ini? tidak apa-apa Bumi, asalkan kau tersenyum, aku juga tersenyum, kau tahu bumi? semua yang ada pada dirimu itu menular saat aku merasakannya. saat kau tersenyum aku juga akan tersenyum, saat kau tertawa aku juga tertawa, saat kau menangis aku bisa menangis berkali-kali lipat dari yang kau lakukan. Saat kau bersedih aku juga akan bersedih dengan cara yang lebih dari yang kau rasakan. tapi kalau aku tidak tahu apa-apa tentangmu aku sudah tamat. Kalau kau jauh aku sudah putus asa. Aku ini mengoceh tentang apa Bumi? aku juga tidak tahu, sudahlah, kau pasti lelah, beristirahatlah ... besok kau akan lelah lagi, karena begitu banyak kebaikan yang harus kita lakukan Bumi. Selamat malam :).

Sekeping Cinta Yang Tertinggal

Rabu, 05 Juni 2013




Andai dapat aku menangkap angin
Akan kutanamkan untukmu
Andai dapat kusapu awan
Akan kukantongkan untukmu
            Aku melihat engkau bersanding pelangi
            Ternyata aku memilihmu
Aku melihat engkau mengiring matahari
            Ternyata aku memilihmu
Aku menatap matamu dan aku hidup
Aku memeluk kesetiaanmu dan aku berjiwa
Kita berdua t`lah mengarungi kekasih langit
Sambil membimbing senja menemui malam
            Apakah kau mendengar saat aku bertanya
            Kekasih, apakah engkau adalah tuan mantra-mantra
            Karena aku melihat mawar-mawar t`lah mekar
            Engkau hanya menatapku dan menggandeng kisahku
Tetapi malam membawamu pergi dariku
Ku titipkan engkau pada angin yang ku tanamkan untukmu
Ku titipkan engkau pada awan yang ku kantongkan untukmu
Ku titipkan engkau pada mawar-mawar yang t`lah mekar untukmu
            Malam t`lah membunuh semua kisahku
            Aku tercekik hidup dalam malam-malam panjang
            Sesak nafas aku terseok-seok mencari dirimu
            Kekasih, kemanakah malam t`lah menghalang
Angin t`lah megkhianati kita
Awan t`lah membawamu pergi bersama malam
Dan mawar tak lagi mekar untukmu
Hanya sekeping cinta yang tertinggal
            Kekasihku, maukah kau menjemputku
            Mengarungi jendela-jendela yang belum kita temui
            Ataukah ku temui perapian
            Dan ku persembahkan sekeping cinta yang tertinggal

Akulah Sang Rembulan




Aku adalah sang rembulan
Yang jatuh cinta pada matahari
Tek pernah mengerti akan kenyataan
Bahwa rembulan dan matahari adalah bukan harapan
Dimanakah siang dan malam dapat bertemu
Tak pernah dan mungkinkah?
Aku adalah rembulan yang terkungkung rindu
Bermimpi berkasih dengan matahari, mungkinkah?
Aku adalah rembulan yang datang saat matahari berpulang
Tak ada sisa bagiku selain kenyataan dan kepedihan
Andai rembulan adalah tanah bermusim
Maka aku tlah tandus menanti
Andai bintang dan langit bertanya
Mengapa aku mencintai matahari
Adalah jawabku dengan kekosongan
Aku tlah tertakdir menggulung hati merindu-rindu matahari
Aku menjawab tetapi hening
Aku adalah rembulan yang sendiri
Takdir telah meninggalkanku
Membenamku dalam tanah asing
Andai aku mampu menyebrangi malam
Menemui siang dan senja
Berdua menggandeng matahari berpulang
Mengiringinya menembus lautan
Maka biarlah aku menjadi rembulan yang sendiri
Biarkanlah aku tak berjodoh dengan matahari
Karena aku rembulan yang telah mati
Mati dikubur oleh cinta dan hidup
Aku tlah memutuskan mati dalam hidup dan hidup dalam kematian
Karena akulah rembulan yang terbakar matahari tetapi tenggelam
Akulah rembulan yang pucat pasi
Mencintai matahari yang tak dapat ku tatap sendiri
Mana aku mengerti jika semua bertanya mengapa
Tentang cinta sang rembulan pada matahari
Karena akulah sang rembulan yang sendiri
Hanya mencintai, rindu dan mati

Sebuah Catatan, Juni

·



Izinkan aku menyebutmu bumi ...

Kau tahu bumi, sekarang aku terduduk sendiri, melulu ingin sendiri jika memikirkanmu. Meski kadang ada banyak hal pahit yang kuingat tapi itu tetap menyenangkan, segala tentangmu itu menyenangkan. Apa kau suka makanan seperti pare atau daun pepaya bumi? yah yang pahit-pahit itu ... aku tidak pernah suka bumi, mungkin aku bisa menelannya tapi kalau aku boleh memilih tentu aku tak akan memilih itu, walaupun itu baik untuk kesehatan. Mungkin sekarang aku disini sendirian lebih pahit daripada aku menelan sepiring pare mentah-mentah, atau mengunyah daun pepaya tanpa lauk atau apapun. aku tak suka, tapi tak punya pilihan, karena aku sendiri yang membuatmu sekarang tak ada disini bumi. Kau tahu bumi kalau kau minta aku memakan sepiring pare mentah dan daun pepaya sekaligus aku tak keberatan asal kau datang lagi bumi menemaniku melihat-lihat dunia ini. Oh ya, aku  lupa bilang hal pahit yang kuingat adalah kebodohanku yang membuatmu sekarang tidak disini, jangan pikir aku menyalahkanmu, tidak ... 
kau tahu bumi sekarang aku merasa sedih sekali, aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak bisa menunjukkannya, tapi ... tapi ... itu juga tidak penting untuk kau tahu. Hey bumi, semua orang berkelana mencari tempat yang paling tepat untuk berhenti, waktu aku menemukanmu aku sudah sadar untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa menemukan tempat paling nyaman untuk hidup. Sayangnya aku tak bisa menjagamu. Aku tidak bisa melukis, karena itu aku tidak bisa menunjukkan padamu seperti apa penyesalanku, aku juga bukan seorang musisi yang bisa menulis lagu agar kau mendengar seberapa hebat penyesalanku. Ada banyak hal di dunia ini yang sulit untuk dimengerti, mungkin aku salah satunya, dan kau juga tidak perlu untuk mencoba mengerti atau memahaminya. Orang selalu berkata hidup ini akan berjalan seperti yang sudah digariskan oleh Tuhan, mereka bilang bagaimanapun kau berjuang jika Tuhan tidak menakdirkanmu seperti apa yang kau mau maka tidak akan pernah terjadi. Tapi jika Tuhan mentakdirkan sesuatu bagimu maka sehebat apapun halangannya akan tetap terjadi. Aku ini bukan orang pintar bumi, tapi aku tidak suka kata-kata itu, aku hanya ingin bilang bahwa Tuhan amat sangat menyayangi makhluk-Nya, takdir itu bisa di usahakan, manusia bisa meminta dan berusaha, bagian Tuhan untuk mengabulkannya. Karena itu aku tidak menyerah Bumi, aku ingin memandang dunia lebih jauh lagi, lebih lama lagi sampai aku tidak bertemu waktu lagi, dan itu hanya ingin kulakukan denganmu. Apa kau sedang tersenyum bumi? atau kau tidak ingin membaca tulisan ini? tidak apa-apa Bumi, asalkan kau tersenyum, aku juga tersenyum, kau tahu bumi? semua yang ada pada dirimu itu menular saat aku merasakannya. saat kau tersenyum aku juga akan tersenyum, saat kau tertawa aku juga tertawa, saat kau menangis aku bisa menangis berkali-kali lipat dari yang kau lakukan. Saat kau bersedih aku juga akan bersedih dengan cara yang lebih dari yang kau rasakan. tapi kalau aku tidak tahu apa-apa tentangmu aku sudah tamat. Kalau kau jauh aku sudah putus asa. Aku ini mengoceh tentang apa Bumi? aku juga tidak tahu, sudahlah, kau pasti lelah, beristirahatlah ... besok kau akan lelah lagi, karena begitu banyak kebaikan yang harus kita lakukan Bumi. Selamat malam :).

Sekeping Cinta Yang Tertinggal

·




Andai dapat aku menangkap angin
Akan kutanamkan untukmu
Andai dapat kusapu awan
Akan kukantongkan untukmu
            Aku melihat engkau bersanding pelangi
            Ternyata aku memilihmu
Aku melihat engkau mengiring matahari
            Ternyata aku memilihmu
Aku menatap matamu dan aku hidup
Aku memeluk kesetiaanmu dan aku berjiwa
Kita berdua t`lah mengarungi kekasih langit
Sambil membimbing senja menemui malam
            Apakah kau mendengar saat aku bertanya
            Kekasih, apakah engkau adalah tuan mantra-mantra
            Karena aku melihat mawar-mawar t`lah mekar
            Engkau hanya menatapku dan menggandeng kisahku
Tetapi malam membawamu pergi dariku
Ku titipkan engkau pada angin yang ku tanamkan untukmu
Ku titipkan engkau pada awan yang ku kantongkan untukmu
Ku titipkan engkau pada mawar-mawar yang t`lah mekar untukmu
            Malam t`lah membunuh semua kisahku
            Aku tercekik hidup dalam malam-malam panjang
            Sesak nafas aku terseok-seok mencari dirimu
            Kekasih, kemanakah malam t`lah menghalang
Angin t`lah megkhianati kita
Awan t`lah membawamu pergi bersama malam
Dan mawar tak lagi mekar untukmu
Hanya sekeping cinta yang tertinggal
            Kekasihku, maukah kau menjemputku
            Mengarungi jendela-jendela yang belum kita temui
            Ataukah ku temui perapian
            Dan ku persembahkan sekeping cinta yang tertinggal

Akulah Sang Rembulan

·




Aku adalah sang rembulan
Yang jatuh cinta pada matahari
Tek pernah mengerti akan kenyataan
Bahwa rembulan dan matahari adalah bukan harapan
Dimanakah siang dan malam dapat bertemu
Tak pernah dan mungkinkah?
Aku adalah rembulan yang terkungkung rindu
Bermimpi berkasih dengan matahari, mungkinkah?
Aku adalah rembulan yang datang saat matahari berpulang
Tak ada sisa bagiku selain kenyataan dan kepedihan
Andai rembulan adalah tanah bermusim
Maka aku tlah tandus menanti
Andai bintang dan langit bertanya
Mengapa aku mencintai matahari
Adalah jawabku dengan kekosongan
Aku tlah tertakdir menggulung hati merindu-rindu matahari
Aku menjawab tetapi hening
Aku adalah rembulan yang sendiri
Takdir telah meninggalkanku
Membenamku dalam tanah asing
Andai aku mampu menyebrangi malam
Menemui siang dan senja
Berdua menggandeng matahari berpulang
Mengiringinya menembus lautan
Maka biarlah aku menjadi rembulan yang sendiri
Biarkanlah aku tak berjodoh dengan matahari
Karena aku rembulan yang telah mati
Mati dikubur oleh cinta dan hidup
Aku tlah memutuskan mati dalam hidup dan hidup dalam kematian
Karena akulah rembulan yang terbakar matahari tetapi tenggelam
Akulah rembulan yang pucat pasi
Mencintai matahari yang tak dapat ku tatap sendiri
Mana aku mengerti jika semua bertanya mengapa
Tentang cinta sang rembulan pada matahari
Karena akulah sang rembulan yang sendiri
Hanya mencintai, rindu dan mati

Sabtu, 29 Juni 2013

Sebuah Catatan, Juni




Izinkan aku menyebutmu bumi ...

Kau tahu bumi, sekarang aku terduduk sendiri, melulu ingin sendiri jika memikirkanmu. Meski kadang ada banyak hal pahit yang kuingat tapi itu tetap menyenangkan, segala tentangmu itu menyenangkan. Apa kau suka makanan seperti pare atau daun pepaya bumi? yah yang pahit-pahit itu ... aku tidak pernah suka bumi, mungkin aku bisa menelannya tapi kalau aku boleh memilih tentu aku tak akan memilih itu, walaupun itu baik untuk kesehatan. Mungkin sekarang aku disini sendirian lebih pahit daripada aku menelan sepiring pare mentah-mentah, atau mengunyah daun pepaya tanpa lauk atau apapun. aku tak suka, tapi tak punya pilihan, karena aku sendiri yang membuatmu sekarang tak ada disini bumi. Kau tahu bumi kalau kau minta aku memakan sepiring pare mentah dan daun pepaya sekaligus aku tak keberatan asal kau datang lagi bumi menemaniku melihat-lihat dunia ini. Oh ya, aku  lupa bilang hal pahit yang kuingat adalah kebodohanku yang membuatmu sekarang tidak disini, jangan pikir aku menyalahkanmu, tidak ... 
kau tahu bumi sekarang aku merasa sedih sekali, aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak bisa menunjukkannya, tapi ... tapi ... itu juga tidak penting untuk kau tahu. Hey bumi, semua orang berkelana mencari tempat yang paling tepat untuk berhenti, waktu aku menemukanmu aku sudah sadar untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa menemukan tempat paling nyaman untuk hidup. Sayangnya aku tak bisa menjagamu. Aku tidak bisa melukis, karena itu aku tidak bisa menunjukkan padamu seperti apa penyesalanku, aku juga bukan seorang musisi yang bisa menulis lagu agar kau mendengar seberapa hebat penyesalanku. Ada banyak hal di dunia ini yang sulit untuk dimengerti, mungkin aku salah satunya, dan kau juga tidak perlu untuk mencoba mengerti atau memahaminya. Orang selalu berkata hidup ini akan berjalan seperti yang sudah digariskan oleh Tuhan, mereka bilang bagaimanapun kau berjuang jika Tuhan tidak menakdirkanmu seperti apa yang kau mau maka tidak akan pernah terjadi. Tapi jika Tuhan mentakdirkan sesuatu bagimu maka sehebat apapun halangannya akan tetap terjadi. Aku ini bukan orang pintar bumi, tapi aku tidak suka kata-kata itu, aku hanya ingin bilang bahwa Tuhan amat sangat menyayangi makhluk-Nya, takdir itu bisa di usahakan, manusia bisa meminta dan berusaha, bagian Tuhan untuk mengabulkannya. Karena itu aku tidak menyerah Bumi, aku ingin memandang dunia lebih jauh lagi, lebih lama lagi sampai aku tidak bertemu waktu lagi, dan itu hanya ingin kulakukan denganmu. Apa kau sedang tersenyum bumi? atau kau tidak ingin membaca tulisan ini? tidak apa-apa Bumi, asalkan kau tersenyum, aku juga tersenyum, kau tahu bumi? semua yang ada pada dirimu itu menular saat aku merasakannya. saat kau tersenyum aku juga akan tersenyum, saat kau tertawa aku juga tertawa, saat kau menangis aku bisa menangis berkali-kali lipat dari yang kau lakukan. Saat kau bersedih aku juga akan bersedih dengan cara yang lebih dari yang kau rasakan. tapi kalau aku tidak tahu apa-apa tentangmu aku sudah tamat. Kalau kau jauh aku sudah putus asa. Aku ini mengoceh tentang apa Bumi? aku juga tidak tahu, sudahlah, kau pasti lelah, beristirahatlah ... besok kau akan lelah lagi, karena begitu banyak kebaikan yang harus kita lakukan Bumi. Selamat malam :).

Rabu, 05 Juni 2013

Sekeping Cinta Yang Tertinggal





Andai dapat aku menangkap angin
Akan kutanamkan untukmu
Andai dapat kusapu awan
Akan kukantongkan untukmu
            Aku melihat engkau bersanding pelangi
            Ternyata aku memilihmu
Aku melihat engkau mengiring matahari
            Ternyata aku memilihmu
Aku menatap matamu dan aku hidup
Aku memeluk kesetiaanmu dan aku berjiwa
Kita berdua t`lah mengarungi kekasih langit
Sambil membimbing senja menemui malam
            Apakah kau mendengar saat aku bertanya
            Kekasih, apakah engkau adalah tuan mantra-mantra
            Karena aku melihat mawar-mawar t`lah mekar
            Engkau hanya menatapku dan menggandeng kisahku
Tetapi malam membawamu pergi dariku
Ku titipkan engkau pada angin yang ku tanamkan untukmu
Ku titipkan engkau pada awan yang ku kantongkan untukmu
Ku titipkan engkau pada mawar-mawar yang t`lah mekar untukmu
            Malam t`lah membunuh semua kisahku
            Aku tercekik hidup dalam malam-malam panjang
            Sesak nafas aku terseok-seok mencari dirimu
            Kekasih, kemanakah malam t`lah menghalang
Angin t`lah megkhianati kita
Awan t`lah membawamu pergi bersama malam
Dan mawar tak lagi mekar untukmu
Hanya sekeping cinta yang tertinggal
            Kekasihku, maukah kau menjemputku
            Mengarungi jendela-jendela yang belum kita temui
            Ataukah ku temui perapian
            Dan ku persembahkan sekeping cinta yang tertinggal

Akulah Sang Rembulan





Aku adalah sang rembulan
Yang jatuh cinta pada matahari
Tek pernah mengerti akan kenyataan
Bahwa rembulan dan matahari adalah bukan harapan
Dimanakah siang dan malam dapat bertemu
Tak pernah dan mungkinkah?
Aku adalah rembulan yang terkungkung rindu
Bermimpi berkasih dengan matahari, mungkinkah?
Aku adalah rembulan yang datang saat matahari berpulang
Tak ada sisa bagiku selain kenyataan dan kepedihan
Andai rembulan adalah tanah bermusim
Maka aku tlah tandus menanti
Andai bintang dan langit bertanya
Mengapa aku mencintai matahari
Adalah jawabku dengan kekosongan
Aku tlah tertakdir menggulung hati merindu-rindu matahari
Aku menjawab tetapi hening
Aku adalah rembulan yang sendiri
Takdir telah meninggalkanku
Membenamku dalam tanah asing
Andai aku mampu menyebrangi malam
Menemui siang dan senja
Berdua menggandeng matahari berpulang
Mengiringinya menembus lautan
Maka biarlah aku menjadi rembulan yang sendiri
Biarkanlah aku tak berjodoh dengan matahari
Karena aku rembulan yang telah mati
Mati dikubur oleh cinta dan hidup
Aku tlah memutuskan mati dalam hidup dan hidup dalam kematian
Karena akulah rembulan yang terbakar matahari tetapi tenggelam
Akulah rembulan yang pucat pasi
Mencintai matahari yang tak dapat ku tatap sendiri
Mana aku mengerti jika semua bertanya mengapa
Tentang cinta sang rembulan pada matahari
Karena akulah sang rembulan yang sendiri
Hanya mencintai, rindu dan mati