KOMUNITAS RUMAH LENTERA

Jumat, 14 September 2012


Sabtu lalu ketika saya berada di jalan, saya bertemu dengan seorang anak kecil, ia menjajakan koran dengan terpincang-pincang. Dalam benak saya ketika melihat anak itu adalah pertanyaan apakah anak ini mengenyam pendidikan atau tidak, dan melihat wajahnya yang agak meringis saya menyimpulkan sendiri anak itu menahan sakit. Terlepas dari tipuan-tipuan jalanan dewasa ini, rasanya tidak penting membahas apakah anak ini mendramatisir keadaannya demi belas kasihan orang lain atau tidak, yang terpenting adalah fikirkan bagaimana agar kelak selanjutnya kita tidak lagi menemukan anak-anak dibawah umur yang bekerja seperti ini. Saya panggil anak itu dan membeli korannya, ingin saya bertanya lebih jauh, ingin mendengar ceritanya tentang cita-cita dan hidupnya. Karena dari anak-anak seperti ini akan banyak ilmu yang didapat. Sayangnya keinginan saya harus saya urungkan karena traffic light sudah menunjukkan warna hijau. Usianya mungkin baru 10 sampai 11 tahun, masih dibawah umur untuk bekerja. Apalagi penyebab anak ini bekerja menjajakan Koran meski kakinya terpincang-pincang, tentu saja faktor ekonomi. Anak ini hanya 1 dari ribuan atau bahkan lebih dari itu di Indonesia, alangkah menyenangkan jika melihat mereka mengenyam pendidikan tanpa harus merasakan kerasnya dunia kerja saat usia mereka masih dibawah umur.
Masalah terbesar di Indonesia-salah satunya-adalah kemiskinan, dan senjata paling ampuh untuk mengalahkan kemiskinan dan adalah pendidikan. Karena itu komunitas ini dibentuk, bersama-sama sekelompok orang yang memiliki cita-cita yang sama.
 Jum’at, 07 September 2012 alhamdulillah komunitas Rumah Lentera akhirnya berkunjung ke Kantor Transmigrasi. Dimana anak-anak tidak mampu dari berbagai daerah di Kalimantan Barat ini tinggal disana dan disekolahkan oleh Pemerintah di Pontianak. Rencana bersama selanjutnya tentu kita ingin sama-sama membangun anak-anak ini, karena anak-anak yang terjepit kemiskinan ini merupakan bagian dari kita, tanggung jawab kita. Insya Allah Minggu, tanggal 23 September kita akan mulai kegiatan, sementara waktu yang bisa kita lakukan adalah mengajar, dan saat ini tenaga yang tersedia untuk mengajar matematika, bahasa Inggris dan pembekalan rohani (spiritual).
Anda mungkin pernah mendengar kata-kata ini “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik”, anda sepakat? Anggukkan kepala anda. Berebutlah untuk berada di depan untuk mengantarkan anak-anak ini kepada kesuksesan, setidaknya menjadi penunjuk jalan.
Mereka berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat, dari usia SD hingga SMA, hingga saat ini terdata 48 anak yang berada disana. Mereka terdiri dari anak-anak yatim, yatim piatu dan anak-anak kurang mampu. Tempat tinggal, biaya hidup dan sekolah ditanggung oleh pemerintah. Namun, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih, sehingga ketika pulang nanti mereka mampu membawa sesuatu ke daerahnya, perubahan. Barangkali apa yang bisa kita berikan bukanlah sesuatu yang besar atau berharga, tidak pula berarti besar, tapi anak-anak ini tidak bisa menunggu sesuatu yang lebih berarti, kelak mereka pun menjadi dewasa, dan saat itu mungkin keadaan sudah berbeda. Hal kecil yang kita lakukan saat ini mungkin tidak berarti sekarang, tapi yakinlah suatu hari apa yang kita lakukan akan memberi banyak pelajaran untuk kita masing-masing dan mudah-mudahan bermanfaat bagi orang lain.

KOMUNITAS RUMAH LENTERA

·


Sabtu lalu ketika saya berada di jalan, saya bertemu dengan seorang anak kecil, ia menjajakan koran dengan terpincang-pincang. Dalam benak saya ketika melihat anak itu adalah pertanyaan apakah anak ini mengenyam pendidikan atau tidak, dan melihat wajahnya yang agak meringis saya menyimpulkan sendiri anak itu menahan sakit. Terlepas dari tipuan-tipuan jalanan dewasa ini, rasanya tidak penting membahas apakah anak ini mendramatisir keadaannya demi belas kasihan orang lain atau tidak, yang terpenting adalah fikirkan bagaimana agar kelak selanjutnya kita tidak lagi menemukan anak-anak dibawah umur yang bekerja seperti ini. Saya panggil anak itu dan membeli korannya, ingin saya bertanya lebih jauh, ingin mendengar ceritanya tentang cita-cita dan hidupnya. Karena dari anak-anak seperti ini akan banyak ilmu yang didapat. Sayangnya keinginan saya harus saya urungkan karena traffic light sudah menunjukkan warna hijau. Usianya mungkin baru 10 sampai 11 tahun, masih dibawah umur untuk bekerja. Apalagi penyebab anak ini bekerja menjajakan Koran meski kakinya terpincang-pincang, tentu saja faktor ekonomi. Anak ini hanya 1 dari ribuan atau bahkan lebih dari itu di Indonesia, alangkah menyenangkan jika melihat mereka mengenyam pendidikan tanpa harus merasakan kerasnya dunia kerja saat usia mereka masih dibawah umur.
Masalah terbesar di Indonesia-salah satunya-adalah kemiskinan, dan senjata paling ampuh untuk mengalahkan kemiskinan dan adalah pendidikan. Karena itu komunitas ini dibentuk, bersama-sama sekelompok orang yang memiliki cita-cita yang sama.
 Jum’at, 07 September 2012 alhamdulillah komunitas Rumah Lentera akhirnya berkunjung ke Kantor Transmigrasi. Dimana anak-anak tidak mampu dari berbagai daerah di Kalimantan Barat ini tinggal disana dan disekolahkan oleh Pemerintah di Pontianak. Rencana bersama selanjutnya tentu kita ingin sama-sama membangun anak-anak ini, karena anak-anak yang terjepit kemiskinan ini merupakan bagian dari kita, tanggung jawab kita. Insya Allah Minggu, tanggal 23 September kita akan mulai kegiatan, sementara waktu yang bisa kita lakukan adalah mengajar, dan saat ini tenaga yang tersedia untuk mengajar matematika, bahasa Inggris dan pembekalan rohani (spiritual).
Anda mungkin pernah mendengar kata-kata ini “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik”, anda sepakat? Anggukkan kepala anda. Berebutlah untuk berada di depan untuk mengantarkan anak-anak ini kepada kesuksesan, setidaknya menjadi penunjuk jalan.
Mereka berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat, dari usia SD hingga SMA, hingga saat ini terdata 48 anak yang berada disana. Mereka terdiri dari anak-anak yatim, yatim piatu dan anak-anak kurang mampu. Tempat tinggal, biaya hidup dan sekolah ditanggung oleh pemerintah. Namun, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih, sehingga ketika pulang nanti mereka mampu membawa sesuatu ke daerahnya, perubahan. Barangkali apa yang bisa kita berikan bukanlah sesuatu yang besar atau berharga, tidak pula berarti besar, tapi anak-anak ini tidak bisa menunggu sesuatu yang lebih berarti, kelak mereka pun menjadi dewasa, dan saat itu mungkin keadaan sudah berbeda. Hal kecil yang kita lakukan saat ini mungkin tidak berarti sekarang, tapi yakinlah suatu hari apa yang kita lakukan akan memberi banyak pelajaran untuk kita masing-masing dan mudah-mudahan bermanfaat bagi orang lain.

Jumat, 14 September 2012

KOMUNITAS RUMAH LENTERA



Sabtu lalu ketika saya berada di jalan, saya bertemu dengan seorang anak kecil, ia menjajakan koran dengan terpincang-pincang. Dalam benak saya ketika melihat anak itu adalah pertanyaan apakah anak ini mengenyam pendidikan atau tidak, dan melihat wajahnya yang agak meringis saya menyimpulkan sendiri anak itu menahan sakit. Terlepas dari tipuan-tipuan jalanan dewasa ini, rasanya tidak penting membahas apakah anak ini mendramatisir keadaannya demi belas kasihan orang lain atau tidak, yang terpenting adalah fikirkan bagaimana agar kelak selanjutnya kita tidak lagi menemukan anak-anak dibawah umur yang bekerja seperti ini. Saya panggil anak itu dan membeli korannya, ingin saya bertanya lebih jauh, ingin mendengar ceritanya tentang cita-cita dan hidupnya. Karena dari anak-anak seperti ini akan banyak ilmu yang didapat. Sayangnya keinginan saya harus saya urungkan karena traffic light sudah menunjukkan warna hijau. Usianya mungkin baru 10 sampai 11 tahun, masih dibawah umur untuk bekerja. Apalagi penyebab anak ini bekerja menjajakan Koran meski kakinya terpincang-pincang, tentu saja faktor ekonomi. Anak ini hanya 1 dari ribuan atau bahkan lebih dari itu di Indonesia, alangkah menyenangkan jika melihat mereka mengenyam pendidikan tanpa harus merasakan kerasnya dunia kerja saat usia mereka masih dibawah umur.
Masalah terbesar di Indonesia-salah satunya-adalah kemiskinan, dan senjata paling ampuh untuk mengalahkan kemiskinan dan adalah pendidikan. Karena itu komunitas ini dibentuk, bersama-sama sekelompok orang yang memiliki cita-cita yang sama.
 Jum’at, 07 September 2012 alhamdulillah komunitas Rumah Lentera akhirnya berkunjung ke Kantor Transmigrasi. Dimana anak-anak tidak mampu dari berbagai daerah di Kalimantan Barat ini tinggal disana dan disekolahkan oleh Pemerintah di Pontianak. Rencana bersama selanjutnya tentu kita ingin sama-sama membangun anak-anak ini, karena anak-anak yang terjepit kemiskinan ini merupakan bagian dari kita, tanggung jawab kita. Insya Allah Minggu, tanggal 23 September kita akan mulai kegiatan, sementara waktu yang bisa kita lakukan adalah mengajar, dan saat ini tenaga yang tersedia untuk mengajar matematika, bahasa Inggris dan pembekalan rohani (spiritual).
Anda mungkin pernah mendengar kata-kata ini “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik”, anda sepakat? Anggukkan kepala anda. Berebutlah untuk berada di depan untuk mengantarkan anak-anak ini kepada kesuksesan, setidaknya menjadi penunjuk jalan.
Mereka berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat, dari usia SD hingga SMA, hingga saat ini terdata 48 anak yang berada disana. Mereka terdiri dari anak-anak yatim, yatim piatu dan anak-anak kurang mampu. Tempat tinggal, biaya hidup dan sekolah ditanggung oleh pemerintah. Namun, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih, sehingga ketika pulang nanti mereka mampu membawa sesuatu ke daerahnya, perubahan. Barangkali apa yang bisa kita berikan bukanlah sesuatu yang besar atau berharga, tidak pula berarti besar, tapi anak-anak ini tidak bisa menunggu sesuatu yang lebih berarti, kelak mereka pun menjadi dewasa, dan saat itu mungkin keadaan sudah berbeda. Hal kecil yang kita lakukan saat ini mungkin tidak berarti sekarang, tapi yakinlah suatu hari apa yang kita lakukan akan memberi banyak pelajaran untuk kita masing-masing dan mudah-mudahan bermanfaat bagi orang lain.