Sabtu lalu ketika saya
berada di jalan, saya bertemu dengan seorang anak kecil, ia menjajakan koran
dengan terpincang-pincang. Dalam benak saya ketika melihat anak itu adalah
pertanyaan apakah anak ini mengenyam pendidikan atau tidak, dan melihat
wajahnya yang agak meringis saya menyimpulkan sendiri anak itu menahan sakit. Terlepas
dari tipuan-tipuan jalanan dewasa ini, rasanya tidak penting membahas apakah
anak ini mendramatisir keadaannya demi belas kasihan orang lain atau tidak,
yang terpenting adalah fikirkan bagaimana agar kelak selanjutnya kita tidak
lagi menemukan anak-anak dibawah umur yang bekerja seperti ini. Saya panggil
anak itu dan membeli korannya, ingin saya bertanya lebih jauh, ingin mendengar
ceritanya tentang cita-cita dan hidupnya. Karena dari anak-anak seperti ini
akan banyak ilmu yang didapat. Sayangnya keinginan saya harus saya urungkan
karena traffic light sudah menunjukkan warna hijau. Usianya mungkin baru 10
sampai 11 tahun, masih dibawah umur untuk bekerja. Apalagi penyebab anak ini
bekerja menjajakan Koran meski kakinya terpincang-pincang, tentu saja faktor
ekonomi. Anak ini hanya 1 dari ribuan atau bahkan lebih dari itu di Indonesia,
alangkah menyenangkan jika melihat mereka mengenyam pendidikan tanpa harus
merasakan kerasnya dunia kerja saat usia mereka masih dibawah umur.
Masalah terbesar di
Indonesia-salah satunya-adalah kemiskinan, dan senjata paling ampuh untuk
mengalahkan kemiskinan dan adalah pendidikan. Karena itu komunitas ini
dibentuk, bersama-sama sekelompok orang yang memiliki cita-cita yang sama.
Jum’at, 07 September 2012 alhamdulillah
komunitas Rumah Lentera akhirnya berkunjung ke Kantor Transmigrasi. Dimana
anak-anak tidak mampu dari berbagai daerah di Kalimantan Barat ini tinggal
disana dan disekolahkan oleh Pemerintah di Pontianak. Rencana bersama
selanjutnya tentu kita ingin sama-sama membangun anak-anak ini, karena
anak-anak yang terjepit kemiskinan ini merupakan bagian dari kita, tanggung
jawab kita. Insya Allah Minggu, tanggal 23 September kita akan mulai kegiatan,
sementara waktu yang bisa kita lakukan adalah mengajar, dan saat ini tenaga
yang tersedia untuk mengajar matematika, bahasa Inggris dan pembekalan rohani
(spiritual).
Anda mungkin pernah
mendengar kata-kata ini “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik”,
anda sepakat? Anggukkan kepala anda. Berebutlah untuk berada di depan untuk
mengantarkan anak-anak ini kepada kesuksesan, setidaknya menjadi penunjuk
jalan.
Mereka berasal dari
berbagai daerah di Kalimantan Barat, dari usia SD hingga SMA, hingga saat ini
terdata 48 anak yang berada disana. Mereka terdiri dari anak-anak yatim, yatim
piatu dan anak-anak kurang mampu. Tempat tinggal, biaya hidup dan sekolah
ditanggung oleh pemerintah. Namun, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih,
sehingga ketika pulang nanti mereka mampu membawa sesuatu ke daerahnya, perubahan.
Barangkali apa yang bisa kita berikan bukanlah sesuatu yang besar atau
berharga, tidak pula berarti besar, tapi anak-anak ini tidak bisa menunggu
sesuatu yang lebih berarti, kelak mereka pun menjadi dewasa, dan saat itu
mungkin keadaan sudah berbeda. Hal kecil yang kita lakukan saat ini mungkin
tidak berarti sekarang, tapi yakinlah suatu hari apa yang kita lakukan akan
memberi banyak pelajaran untuk kita masing-masing dan mudah-mudahan bermanfaat
bagi orang lain.